
Nyeri dada sering kali membuat orang langsung berpikir tentang serangan jantung. Wajar saja, karena serangan jantung memang salah satu kondisi medis serius yang memerlukan penanganan segera. Namun, tidak semua nyeri dada disebabkan oleh masalah jantung. Ada banyak faktor lain yang juga bisa menjadi penyebab nyeri di dada, dan tidak semuanya berbahaya.
PAFI RANAI (PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA) mengajak masyarakat untuk lebih memahami berbagai kemungkinan penyebab nyeri dada agar tidak langsung panik dan dapat mengambil langkah yang tepat.
Mengapa Nyeri Dada Bisa Muncul?
Dada adalah bagian tubuh yang kompleks. Di dalamnya terdapat organ-organ penting seperti jantung, paru-paru, esofagus, serta otot dan tulang. Oleh karena itu, rasa sakit di dada bisa berasal dari berbagai sistem tubuh, tidak hanya sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah).
PAFI menjelaskan bahwa memahami ciri-ciri nyeri dada bisa membantu membedakan apakah nyeri tersebut berbahaya atau tidak. Mari kita lihat beberapa penyebab nyeri dada yang bukan berasal dari serangan jantung.
1. Asam Lambung Naik (GERD)
Salah satu penyebab umum nyeri dada adalah refluks asam lambung atau GERD. Saat asam lambung naik ke kerongkongan, biasanya muncul sensasi terbakar di dada (heartburn), terutama setelah makan atau saat berbaring.
PAFI menyarankan agar penderita GERD menghindari makanan pedas, berlemak, dan makan dalam jumlah besar sekaligus. Minum obat antasida atau berkonsultasi dengan apoteker juga bisa membantu meredakan gejalanya.
2. Masalah Otot dan Tulang Dada
Nyeri dada juga bisa disebabkan oleh cedera atau ketegangan otot di area dada, terutama setelah aktivitas berat atau olahraga. Jenis nyeri ini biasanya terasa ketika dada ditekan atau saat bergerak.
Menurut PAFI, nyeri otot ini umumnya tidak membahayakan dan bisa sembuh sendiri dengan istirahat dan kompres hangat. Namun, jika nyerinya menetap lebih dari beberapa hari, sebaiknya diperiksakan ke tenaga medis.
3. Gangguan Kecemasan dan Serangan Panik
Serangan panik dapat menimbulkan gejala mirip serangan jantung, seperti nyeri dada, napas pendek, dan jantung berdebar. Ini sering terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung selama beberapa menit.
PAFI RANAI mengingatkan bahwa meski gejalanya menakutkan, serangan panik bukan kondisi yang mengancam jiwa. Teknik pernapasan dalam, relaksasi, atau konsultasi dengan psikolog bisa membantu mengatasi kondisi ini.
4. Infeksi Saluran Pernapasan atau Paru-Paru
Infeksi seperti pneumonia atau bronkitis bisa menyebabkan nyeri dada, terutama saat batuk atau bernapas dalam. Gejalanya biasanya disertai demam, batuk berdahak, dan rasa lelah.
PAFI menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan jika mengalami nyeri dada bersamaan dengan gejala infeksi pernapasan.
5. Masalah pada Kerongkongan
Kesulitan menelan atau nyeri saat makanan turun ke lambung bisa menjadi tanda gangguan pada esofagus, seperti esofagitis atau kejang esofagus. Ini dapat menimbulkan rasa sakit di dada yang mirip serangan jantung.
PAFI mendorong pentingnya evaluasi lebih lanjut agar penyebab pasti dapat diketahui dan ditangani dengan tepat.
Kapan Harus Waspada?
Walaupun banyak penyebab nyeri dada tidak berbahaya, tetap penting untuk mengenali tanda-tanda bahaya. Menurut PAFI, segera cari pertolongan medis jika:
-
Nyeri dada terasa seperti tertimpa beban berat
-
Menjalar ke lengan kiri, rahang, atau punggung
-
Disertai sesak napas, mual, keringat dingin, atau pingsan
-
Terjadi tiba-tiba dan makin memburuk
Tidak semua nyeri dada menandakan serangan jantung. Bisa saja berasal dari gangguan lambung, otot, paru-paru, bahkan kondisi emosional. Kunci utamanya adalah tetap tenang, perhatikan gejalanya, dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
PAFI RANAI (PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA) terus berkomitmen memberikan edukasi dan layanan farmasi terbaik bagi masyarakat. Jika Anda mengalami nyeri dada dan bingung harus berbuat apa, jangan ragu untuk menghubungi apoteker atau klinik terdekat yang bekerja sama dengan PAFI. Edukasi kesehatan yang baik adalah langkah awal menuju hidup yang lebih sehat dan bebas panik.